Selasa, 10 Januari 2012

Pecundang

disetiap tetesan air mata
disaat rintihan tangis bergetar
kuingin memeluk erat dirinya
andai saja aku bukan pecundang
benar...
aku memang pecundang
yang tak mampu menyapa
kenapa!!!
kau suka...
tertawalah,
tertawalah sampai kau puas
aku rela kau hina
tapi, bolehkah aku bertanya...
memang salah jadi pecundang?
bunga tak selamanya indah kawan
tak apa kau sebut aku hina
tapi jika didalam jangan sampai kau hina diriku
aku tak mau dia tau
kini semuanya pergi
mungkin tinggal aku saja yang hanya berdiri sepi
tak terlelap dalam mimpi
menunggu disaat kupu-kupu berlari

Impian kecil

ingin sekali kutulis sebuah kata
kata indah yang bermakna
hanya aku dan kamu yang tau
mungkin bagi mereka tidak bermakna
terkadang terbersit pikiran untuk mengatakan semua kelabu dan amarah ini
andai saja hitam dan putih itu tak berbeda
dan hanya abu-abu yang mewakili keduanya
mungkin rembulanpun akan lebih terang menyinari dunia
hanya saja semua itu hanyalah sebatas fatamorgana
tak ada yang bisa mengubahnya
sekarang hitam dan putihpun saling beradu
satu diatas, satu dibawah
satu dikiri, satu dikanan
sebuah jurang diantara keduanyapun terlihat jelas
andai mereka dapat berpadu
andai kutub utara dan kutub selatan saling bergandengan
andai siang dan malam dapat saling berpelukan
tidak pantaskah bilamereka bersatu?
selaras didalam waktu
selembut suara rindu
jangan banyak tanya
ikuti saja arusnya !!!
disini memang tak ada logika
dan boleh kamu tau, hanya aku yang membuat arusnya
kau tidak boleh melawanku,
juga mengaturku
ini duniaku,
tak ada hitam disini
tak juga putih disisi lainnya
hanya abu-abu
abu-abu kebahagiaan
tak ada abu-abu kegelapan
sebuah impian kecil yang ingin sekali kucipta
tanpa alasan dan persaingan
hanya sebuah kasih sayang abu-abu disetiap sisi kehidupan

Suara Sendu

Bisik itu mungkin masih ada
Tak ada telinga
Hanya saja terpaku didalam jiwa
Jiwa kosong pembakar rasa
Hingga sunyi menghampiri,
Terdengar bisik itu lagi
Terdengar sayu didalam nada
Sekarang rintihan tangis turut mengiringi
Tak juga hujan yang membasahi
Semuanya bercampur
Bercampur dalam penderitaan
Hingga hanya jeritan panjang yang ku dengar
Rindu yang menyelimuti
Melawan dinginnya malam
Hingga salju bertaburan
Putih disetiap sudut jalan
Seperti hatimu itu
Sungguh damai dimata,
sejuk dijiwa
Lihatlah diriku ini
Tak sama sepertimu
Hancur dikeringnya ilalang
Hilang didalam lautan
Hari ini semuanya berubah
Bisik itu berkobar
Melawan penderitaan kelam
Salju yang turun dihati
Bersatu disetiap langkah kecil ini
Ku ingin kau menemani
Hati yang sepi ini
Mungkin sampai akhir hayatku
Kehidupan yang indah
Tak ada rintihan itu lagi
dan tak kubiarkan terulang lagi

Kelam

Sering kulalui hari ini.
Lagi-lagi sendiri sepi.
Langit begitu gelap.
Tak ada bintang yg menyapa.
Udara dingin pun tak mempan menusukku.
Hingga rintik hujan bertaburan.
Ku tetap berjalan.
Tak peduli apapun yg kulalui.
Mata ini sudah lelah memandangmu.
Mungkin kamu juga.
Mungkin kamu malah jijik melihatku.
Penuh tekanan dan kesenangan.
Kesenangan yg suram.
Seandainya kmu tau itu.
Tak adakah waktu itu lagi.
Bisakah waktu itu diulang lagi.
Sudahkah terhapus oleh kekelaman ini.

Rindu

Menjauh dari rona surga.
Dilumuri dosa yg melekat kuat.
Takdir yg tak terelakkan dari hati yg busuk ini.
Selalu ada penggoda untuk bersalah.
Mungkin ku lupa, atau hanya pura-pura lupa?
Adakah yg ingin selalu mengingatkan,
disaat jiwa ini keluar,
keluar dari sebuah garis yg besar,
hingga sbuah kesesatan memanggilku,
mungkin aku hanyalah sampah,
sampah yg hnya mengotori tmpat sucimu,
tak ada harapan,
tak ada pujian,
semuanya berkumpul di raga ini,
adakah yg salah pda driku ini?
Apa hnya perasaanku saja,
selalu merindukannya,
kapankah dia akan datang,
memeluk dgn kehangatan,
mengantarkanku pada keabadian,
apakah itu akan menjadi sebuah ilusi belaka,
atau hnya sebuah cerita saja

Hitam

Hari hariku sendiri
hanya menunggu kapan kepulanganku
kalian semua,pergilah dari hadapanku
penantian panjang
kemelud hati yg kian menggerogoti
takkan terbayang oleh semua
gelap. .
Tak ada setitikpun sinar
hanya hitam yg mewarnai
tak ada yg bisa membantuku
mungkin kau juga. .
Sekarang ku bisa berbicara
tapi bukan mulutku yg berbicara
juga bukan hati kotor ini
melewati sebuah jmbatan
terseok-seok
sekuat tenaga ku bertahan
mungkin ku tak bisa melewatinya. .
Tak ada yg ku banggakan
hanya perenungan hati ini

SIRNA

Hilang . . .
Melebur bersama tanah
Temani malaikat kecil di nirwana.
Tetesan air mata menepis pilu.
Hitam pekatpun turut menuntun.
Kedamaian sejati yang tdk terkejar.
Tertimbun dunia penuh dosa.
Semuanya menghitam.
Ditemani binatang menjijikkan.
Menggigit tanpa rasa dosa.
Sama seperti aku dulu.
Kini ku sesali semua itu.
Harapku kini pergi menjauh.

Takkan ada yang pulang kepadaku.
hanya sebuah batu lapuk yang sudah termakan jaman.
Tak ada yang menengok.
Mungkin itu juga salahku.
Bukan salahmu.
Sepi sendiri.
Atau bahkan ramai dengan suara2 aneh.
Mungkin api yang berkobar menemaniku.
ku hanya bisa merenung.
menanti waktuku.
Untuk terbang ke angkasa.
Tak bersama aku yang dulu.
Kutinggalkan dia sampai kapanpun.
Bersama rumput2 diatasnya. .